cover
Contact Name
Angga Kautsar
Contact Email
jurnal.farmaka@unpad.ac.id
Phone
842 888888 Ext : 3510
Journal Mail Official
jurnal.farmaka@unpad.ac.id
Editorial Address
Gedung Laboratorium I Fakultas Farmasi, UNPAD Jl. Raya Jatinangor KM 21, Bandung-Sumedang, Indonesia 45363
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Farmaka
ISSN : 16931424     EISSN : 27163075     DOI : https://doi.org/10.24198/
Core Subject : Health, Science,
Farmaka is replacement for Pharmaceutical Bulletin, published since 1991, with a frequency of four times a year. Editors accept scholarly works of research results and literature review which was closely related to the science, pharmaceutical technology and practice.
Articles 15 Documents
Search results for , issue "Vol 18, No 3 (2020): Farmaka (November)" : 15 Documents clear
PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK PADA MASA PANDEMIK COVID-19 SHAHNAZ DESIANTI KHOIRIYAH; Tiara Salsabila Majid; Alif Virisy Berliana; Yoppi Iskandar
Farmaka Vol 18, No 3 (2020): Farmaka (November)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i3.27324

Abstract

Standar pelayanan kefarmasian merupakan pedoman yang digunakan tenaga kefarmasian dalam melakukan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kefarmasian di apotek saat pandemik COVID-19 dapat dilakukan secara online untuk meminimalkan pasien keluar rumah namun tetap mengutamakan keefektifan pengobatan dan kepatuhan pasien. Apotek juga dapat melakukan pengiriman obat secara langsung ke tempat tinggal pasien untuk tetap memastikan pasokan obat pasien di rumah. Saat masa pandemik penting untuk memberikan edukasi kepada pasien untuk tidak meminum obat yang kadaluwarsa karena kekurangan obat atau untuk menghindari kunjungan farmasi, serta mendorong pasien untuk menggunakan jasa konsultasi online dan jasa pengiriman obat ke tempat tinggal yang disediakan oleh apotek jika memungkinkan. Pelayanan kefarmasian lainnya yaitu mengedukasi pasien terutama pasien dengan penyakit kronis mengenai penyakit dan terapi yang dijalani untuk meningkatkan kepatuhannya dalam pengobatan. Dengan demikian pelayanan kefarmasian di apotek tetap dapat dilakukan dengan modifikasi-modifikasi yang dapat meminimalkan penyebaran dan penularan COVID-19.Kata kunci: Standar Pelayanan Kefarmasian, Pelayanan Kefarmasian, COVID-19.
HUBUNGAN TINGKAT STRES TERHADAP NILAI MCV, MCH, DAN MCHC MELALUI PENDEKATAN INDEKS ERITEMA PADA MANUSIA DENGAN RENTANG UMUR 19-22 TAHUN Cecep Suhandi; Abib Latifu Fatah; Mamay Krisman; Nurfianti Silvia; Annisa Atusholihah; Randy Rassi Prayoga; Ersa Fadhilah; Ameilia Ameilia; Nadila Berliana; Dika Pramita Destiani; Rano Kurnia Sinuraya; Imam Adi Wicaksono
Farmaka Vol 18, No 3 (2020): Farmaka (November)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i3.28617

Abstract

Stres merupakan perasaan tertekan terhadap tuntutan yang sedang dihadapi. Stres juga diketahui mempengaruhi variabel erythron, sistem endokrin, hematopoietik, dan kekebalan tubuh. Status hematopoietik dapat ditentukan melalui pengukuran nilai indeks eritrosit. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan tingkat stres terhadap nilai MCH, MCV, dan MCHC melalui pendekatan indeks eritema konjungtiva pada manusia normal. Subjek uji pada penelitian ini meliputi 150 mahasiswa farmasi Universitas Padjadjaran dimana 114 sukarelawan dengan data penelitian yang lengkap digunakan sebagai subjek uji akhir. Metode pada penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional. Pengecekan tingkat stres dilakukan menggunakan kuisioner stres pada instrumen DASS 42 serta aplikasi image analyzer (MATLAB) digunakan untuk mengukur indeks eritema. Tingkat stres dinyatakan sebagai nilai (skor) hasil pengisian kuisioner dan indeks eritema diketahui sebagai nilai perbedaan intensitas warna merah dan hijau pada konjungtiva mata. Berdasarkan uji Korelasi Pearson didapat nilai signifikansi >0,05 (0,847) yang menandakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan indeks eritema. Nilai korelasi Pearson -0,018 menandakan bahwa korelasi antara tingkat stres dan indeks eritema bersifat negatif (protective factor) dengan level korelasi sangat rendah. Dengan pendekatan bahwa indeks eritema berbanding lurus dengan nilai indeks eritrosit (MCH, MCV, dan MCHC), maka hasil uji statistik juga menyatakan secara tidak langsung hal yang sama mengenai hubungan tingkat stres terhadap nilai MCH, MCV, dan MCHC.Kata kunci: Stres, DASS 42, Indeks Eritema, MATLAB ABTRACTStress is feeling depressed about problem being faced. Stress is also known to affect the erythron, endocrine, hematopoietic, and immune variables. Hematopoietic status can be determined by measuring the erythrocyte index value. This study was conducted to determine the relationship of stress levels to the value of MCH, MCV, and MCHC through the conjunctival erythema index approach in normal humans. Subjects in this study included 150 pharmacy students from Universitas Padjadjaran where 114 volunteers with complete research data were used as final subjects. The method in this study uses a Cross Sectional approach. Stress level measurement is performed using a stress questionnaire on the DASS 42 instrument and the application of an image analyzer (MATLAB) is used to measure the erythema index. The stress level is expressed as a value (score) from the filling out of the questionnaire and the erythema index is known as the value of the difference in the intensity of the red and green color in the eye conjunctiva. Pearson Correlation statistical test have showed a P-value> 0.05 (0.847) which indicates that there is no significant relationship between the level of stress with the erythema index. The Pearson correlation value of -0.018 indicates that the correlation between the stress level and the erythema index is negative (protective factor) with a very low level of correlation. With the approach that the erythema index is indirectly proportional to the erythrocyte index value (MCH, MCV, and MCHC), the statistical test results also imply the same conclusion about the relationship of stress levels to the value of MCH, MCV, and MCHC.Keywords: Stress, DASS 42, Erythema Index, MATLAB
Analisis Kesesuaian Sistem Kegiatan Operasional pada Salah Satu Gudang Pedagang Besar Farmasi (PBF) di Bandung Wahyu Ashri Aditya; Febrina Amelia Saputri
Farmaka Vol 18, No 3 (2020): Farmaka (November)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i3.26991

Abstract

Aspek operasional dalam gudang Pedagang Besar Farmasi (PBF) merupakan parameter yang sangat penting dalam suatu rantai distribusi sediaan farmasi dimana terdiri dari pengadaan, penyimpanan hingga penyaluran produk farmasi. Sistem operasional yang baik dan benar di gudang telah diatur dalam Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gudang yang menerapkan sistem operasional sesuai CDOB terhindar dari menumpuknya produk kedaluwarsa dan kerugian finansial, sebaliknya gudang yang belum menerapkan CDOB mengalami kerugian fisik sediaan farmasi dan juga kerugian finansial akibat produk yang pasif di gudang. Hal ini berdampak kepada penurunan produktivitas dari PBF tersebut. Maka dari itu, diperlukan adanya evaluasi sistem operasional pada salah satu gudang PBF di Bandung. Penelitian dilaksanakan selama bulan Februari 2020 menggunakan metode observasional yang bersifat deskriptif dan evaluatif serta metode wawancara. Hasil penelitian mengenai sistem kegiatan operasional pada salah satu gudang PBF di Bandung menunjukkan bahwa sebagian sistem operasional yang digunakan oleh PBF tersebut belum sesuai dengan CDOB sehingga dihasilkan Corrective Action and Preventif Action (CAPA) untuk evaluasi pada PBF.
REVIEW ARTIKEL: PERBANDINGAN SISTEMATIKA PRODUCT QUALITY REVIEW DI AMERIKA, EROPA, DAN INDONESIA Khanifah Hidayati Puspa Negara; Patihul Husni
Farmaka Vol 18, No 3 (2020): Farmaka (November)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i3.19408

Abstract

Product Quality Review (PQR) merupakan evaluasi terhadap semua obat terdaftar yang dilakukan untuk menilai kualitas setiap produk obat dengan maksud melihat konsistensi proses yang ada dan mengetahui kelayakan spesifikasi saat ini sehingga dapat menentukan perlu atau tidaknya perubahan pada spesifikasi, proses, atau prosedur pembuatan dari produk tersebut. Artikel ini memberikan gambaran secara singkat tentang persyaratan dalam pembuatan Product Quality Review yang berlaku di Amerika, Eropa, dan Indonesia. Dalam artikel ini dilakukan evaluasi komparatif yaitu persamaan dan perbedaan persyaratan terkait dengan pembuatan Product Quality Review pada ketiga negara tersebut. Ketiga negara tersebut memiliki perbedaan dalam menentukan persyaratan minimal aspek yang ditinjau dalam Product Quality Review. Sistematika PQR di negara Eropa memiliki lebih banyak persyaratan dasar yang harus dipenuhi dibandingkan dengan Indonesia dan Amerika.Kata kunci: Product Quality Review, Amerika, Eropa, Indonesia
IDENTIFIKASI POTENSI INTERAKSI ANTAR OBAT PADA RESEP UMUM DI APOTEK X BULAN JANUARI 2020 SABNABILA KHOERUN NISA
Farmaka Vol 18, No 3 (2020): Farmaka (November)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i3.27155

Abstract

Penggunaan obat semakin meningkat di masyarakat, bahkan banyak pasien yang menerima lebih dari 5 R/ dalam 1 resep. Hal ini mengakibatkan semakin besar kemungkinan adanya potensi interaksi antar obat. Interaksi obat dapat berupa penurunan efek sehingga hasil terapi tidak maksimal atau peningkatan efek yang menyebabkan toksisitas. Oleh karena itu, perlu dilakukan identifikasi interaksi obat dilakukan dengan memilih secara acak lalu ditentukan tingkat keparahannya menggunakan situs www.drugs.com. Klasifikasi jenis interaksi potensial berdasarkan level yaitu mayor, moderat dan minor. Hasil yang didapatkan yaitu terdapat 55 resep dari 63 resep yang terdapat interaksi antar obat. Potensi interaksi antar obat sebesar 87,3 %. Untuk interaksi minor 15,95 %, interaksi moderate 77,65 % dan interaksi mayor 6,38 %.Kata Kunci: Interaksi Obat, Mayor, Minor, Moderate, Resep
PERSEPSI, PENGETAHUAN, DAN SIKAP MAHASISWA TERHADAP GANGGUAN KESEHATAN JIWA: REVIEW ARTIKEL HILALLYA MAURIZKA DHEANDA; Irma Melyani Puspitasari; Rano Kurnia Sinuraya; Witriani Witriani
Farmaka Vol 18, No 3 (2020): Farmaka (November)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i3.27356

Abstract

Masalah kesehatan jiwa telah diidentifikasi oleh World Health Organization (WHO) sebagai prioritas pembangunan global. Stigma dan sikap yang negatif terhadap orang dengan gangguan kesehatan jiwa masih banyak ditemukan di antara mahasiswa kesehatan dan jurusan lainnya. Hal ini jika terus dibiarkan dapat mempengaruhi perawatan mahasiswa yang menderita gangguan kesehatan jiwa. Artikel ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai persepsi, pengetahuan dan sikap tentang gangguan kesehatan jiwa pada mahasiswa dan membandingkan apakah terdapat pengaruh kultur budaya yang mempengaruhi tiga aspek tersebut. Metode dalam penyusunan artikel ini dilakukan dengan penelusuran pustaka melalui database elektronik PubMed dengan kata kunci “perception, knowledge, attitude,  student, mental illness “ pada April 2020. Sebanyak 14 artike dari berbagai negara dengan rentang waktu publikasi 10 tahun terakhir didapatkan dari total 305 artikel pada pencarian awal. Sebanyak  6 dari 8 artikel menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki persepsi yang baik, 1 dari 3 artikel menunjukkan mahasiswa mempunyai tingkat pengetahuan yang baik dan 7 dari 9 artikel menunjukkan bahwa mahasiswa memiliki sikap yang positif. Mahasiswa di negara maju cenderung memiliki tingkat persepsi, pengetahuan, dan sikap yang lebih baik.Kata kunci: gangguan kesehatan jiwa, mahasiswa, persepsi, pengetahuan, sikap.
PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP PEMERIKSAAN URIN DENGAN METODE DIPSTIK TEST Izzah Al Mukminah; Dwi Yuri Arista; Nurhayati .; Billy Dwi Saputra; Firda Silvia Pramashela; Gabriella Josephine Maranatha; Abib Latifu Fatah; Nadila Berliana; Dika Pramita Destiani; Rano Kurnia Sinuraya; Imam Adi Wicaksono
Farmaka Vol 18, No 3 (2020): Farmaka (November)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i3.26174

Abstract

Urinalisis merupakan metode yang bermanfaat untuk mengetahui kondisi kesehatan dan membantu mendiagnosis kondisi medis. Salah satu metode urinalisis yaitu dengan menggunakan dipstik test. Namun ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil akhir pengukurannya, seperti vitamin C. Sebanyak 40 urin responden pagi hari ditest menggunakan dipstik test dan diberikan vitamin C pada rentang 3-6 jam sebelum pemeriksaan dengan dipstick test kembali. Beberapa data parameter pengujian memiliki hasil negatif atau positif palsu yang relatif kecil. Namun bila pengaruh vitamin C diabaikan hasil palsu ini dapat berpotensi serius terhadap pemeriksaan kesehatan selanjutnya.
PERSEPSI PENYAKIT PADA PASIEN HIVAIDS DENGAN TERAPI ANTIRETROVIRAL MENGGUNAKAN INSTRUMEN BRIEF ILLNESS PERCEPTION QUESTIONNAIRE (B-IPQ) VERSI INDONESIA DI KLINIK CST RSJD SUNGAI BANGKONG PONTIANAK Safitri Caesaria; Robiyanto Robiyanto; Eka Kartika Untari
Farmaka Vol 18, No 3 (2020): Farmaka (November)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i3.21222

Abstract

Brief Illness Perception Questionnaire (B-IPQ) merupakan kuesioner untuk menilai persepsi pasien terhadap penyakit kronik yang diderita, salah satunya penyakit Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS). Farmasis memiliki peran penting dalam keberhasilan suatu terapi karena dapat membantu meningkatkan kepatuhan pasien dalam meminum obat Antiretoviral (ARV) agar kadar CD4 dapat ditingkat sekaligus mencegah munculnya gejala infeksi oportunistik. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan persepsi pasien HIV/AIDS di klinik Care Support Treatment (CST) Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Sungai Bangkong Pontianak dan mengetahui jenis ARV dan persentase pasien yang mendapatkan peresepan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan potong lintang antara Desember 2018 - Januari 2019. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner B-IPQ versi Indonesia yang sudah diuji validitas dan realiabilitasnya. Jumlah responden penelitian yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 50 pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi pasien HIV/AIDS cenderung negatif dengan skor total 49,56. Jenis ARV yang diresepkan dan persentase pasien yang memperolehnya adalah AZT+3TC+NVP (44%), TDF+3TC+EFV (40%), AZT+3TC+EFV (12%), dan TDF+3TC+NVP (4%). Kesimpulan dari penelitian ini 78% responden (38 pasien) memiliki persepsi negatif terhadap penyakit HIV/AIDS yang dideritanya dan jenis ARV yang paling banyak digunakan adalah kombinasi AZT+3TC+NVP untuk 44% responden.
Review Artikel : Metode Environmental Monitoring pada Area Ruang Bersih dan Proses Aseptik SALMA ALAINA ATISHA; Ida Musfiroh
Farmaka Vol 18, No 3 (2020): Farmaka (November)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i3.27125

Abstract

ABSTRAKEnvironmental monitoring (EM) adalah program pemeriksaan terhadap kontaminasi mikroba dan partikel di area ruang bersih dan area proses aseptik. Program EM ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kontaminasi terhadap produk. Oleh karena itu program EM ini dirancang untuk mengevaluasi kualitas lingkungan area produksi sesuai dengan standar area ruang bersih yang ditetapkan oleh BPOM untuk produksi produk steril yang berkualitas. Metode yang digunakan dalam program EM ada tiga yaitu passive air sampling, active air sampling, dan surface monitoring. Standar batas cemaran mikroba pada kelas A adalah <1 cfu/m3 dan standar batas partikulat udara ukuran   0,5 m di kelas A adalah 3,520 cfu/m3 dan partikulat udara ukuran  5 m adalah 20. Review ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai metode yang dilakukan pada program EM.Kata Kunci : Environmental monitoring, area ruang bersih, area proses aseptik ABSTRACTEnvironmental monitoring (EM) is an inspection program for microbial and particle contamination in cleanroom areas and aseptic process areas. This EM program is carried out to prevent contamination of the product. Therefore the EM program is designed to improve the quality of the production environment in accordance with clean room standards set by BPOM for the production of quality sterile products. There are three methods used in the EM program, namely passive air sampling, active air sampling, and surface monitoring. The standard limit of microbial contamination in class A is <1 cfu / m3 and the standard limit of air particulate size ≥ 0.5 μm in class A is 3,520 cfu / m3 and air particulate size 5 μm is 20. This review is expected to help find information about the method used in the EM program.Keywords : Environmental monitoring, cleanroom area, aseptic process area
HERBAL UNTUK MENINGKATKAN SISTEM IMUN TUBUH SAAT PANDEMI CORONAVIRUS: SEBUAH REVIEW AULIANI HAFIFAH
Farmaka Vol 18, No 3 (2020): Farmaka (November)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/farmaka.v18i3.27198

Abstract

Page 1 of 2 | Total Record : 15